Selasa, 03 November 2015

TEKTONIK PULAU BALI DAN NUSA TENGGARA

Tugas Geologi Indonesia
TEKTONIK PULAU BALI DAN NUSA TENGGARA
Oleh
Kelompok 3
AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA
Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.S.i., M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015
Kepulauan Nusa Tenggara dan Bali
Kondisi Geologi Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pulalu kecil. Batas Barat: Pulau Jawa Batas Timur: Kepulauan banda Batas Utara: Laut Flores Batas Selatan: Samudra Hindia.
Berada pada Busur Banda Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979).
Lokasi, Bathimetri dan peta lokasi seismic rendahan Paparan Sunda  
Unit Tektono-Struktur
Terbagi menjadi 4 unit dari Utara ke Selatan: Unit Belakang Busur: Laut Flores
Unit Busur Dalam: Kepulauan Vulkanik Bali, Lombok, Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing & Wetar. Unit Busur Luar :Kepulauan Non-Vulkanik Dana, Paijua, Sawu, Roti, Semau & Timor. Unit Depan Busur: Cekungan Laut Dalam Cekungan Lombok dan Cekungan Savu.(Herman Karman & F. Hasan Sidi, 2000)
Gambaran tektonik saat ini menunjukkan kerangka mega tektonik. (dimodifikasi dari Hamilton,1979; Parkinson,1991; dan Mathews,1992)
Palung yang berasosiasi dengan Busur Sunda adalah Palung Sunda (Sunda Trench) di selatan Bali-Sumbawa yang menunjam membentuk palung dengan kedalaman 6 km. Di sini lempeng samudera Hindia menunjam ke bawah Nusa Tenggara. Sistem palung ini berhenti di sebelah selatan Pulau Sumba. Lalu sistem palung berkitnya adalah Palung Timor (Timor Trough), yang dimulai di sebelah selatan Pulau Sumba ke arah timurlaut. Di sini lempeng benua Australia menunjam di bawah Nusa Tenggara dan Timor-Tanimbar sampai kedalaman 3 km. Perhatikan perbedaan istilah dalam bahasa Inggris untuk trench dan trough ini – itu memegang arti tersendiri dalam tektonik, yang tak nampak dalam istilah Indonesia yang menjadi satu (palung).
Bila subduksi lempeng samudera Hindia di Palung Sunda telah membentukkk pulau-pulau volkanik busur kepulauan Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila, dan Serua; maka penunjaman lempeng benua Australia di Palung Timor-Tanimbar telah membentuk pulau-pulau nonvolkanik yang disusun oleh mélange dimulai dari Rote, Timor, dan Tanimbar. Dua sistem busur kepulauan ini telah membentuk dua sistem busur kepulauan, yaitu busur kepulauan sebelah dalam yang volkanik – inner volcanic island arc (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Alor, Wetar, Romang, Damar, Teun, Nila, dan Serua) dan busur kepulauan sebelah luar yang nonvolcanic – outer nonvolcanic island arc (Rote, Timor, Tanimbar).
Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa pembagian menjadi dua sistem busur kepulauan ini hanya penyederhanaan. Evolusi busur kepulauan dalam yang volkanik mulai dari Flores bagian timur sampai Serua (Busur Banda) lebih kompleks daripada Busur Sunda (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores bagian barat). Pulau-pulau volkanik Busur Banda sejak Pliosen (5 juta tahun yang lalu) berada di belakang sistem penunjaman Palung Timor, dan ini telah memengaruhi karakter tektonik dan volkanisme pulau-pulau ini yang berhubungan dengan adanya lempeng samudera tua yang terletak di depan lempeng benua Australia yang terseret masuk ke dalam Palung Timor.
Penampang Tektono-Struktural paparan Sunda. (Rangin et All, 1993)
Penaikan Busur Kepulauan Nusa Tenggara 
Pada unit ini dikontrol oleh Pengangkatan Balakang Busur. Pengangkatan ini terbagi dalam 2 unit, yaitu: Utara Wetar dan Alor (Wetar Thrust) Utara Flores dan Sumbawa (Flores Thrust) (Silver et Al, 1986). 
Garis interpretasi seismic BP091- 037, BP091 – 010 dan BP091 – 11 menunjukkan adanya struktur horst dan graben dan struktur inverse. Silver et Al, 198
Referensi:
1.      Zaka Lesmana Tarigan. (2012, 09 Oktober). Perkembangan tektonik Indonesia kepulauan nusa tenggara. Diperoleh 23 Oktober 2015, dari toba-geoscience.blogspot.co.id/2012/10/perkembangan-tektonik-indonesia.html

TEKTONIK PULAU PAPUA

Tugas Geologi Indonesia
TEKTONIK PULAU
PAPUA
Oleh
Kelompok 3
AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA
Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE,. S.Si., M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

Tektonik Papua saat ini dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar, yaitu lempeng Pasifik kearah barat dan lempeng Indo-Australia yang ke arah utara dengan jalur subduksi terdapat di perairan utara Papua sampai perairan utara Biak dan perairan barat Fakfak sampai perairan selatan Kaimana. Dari peta tektonik Papua, terlihat bahwa konvergensi busur Melanesia dan lempeng Indo-Australia menghasilkan banyak sesar lokal, jalur sesar pegunungan tengah yang memanjang dari barat ke timur di bagian tengah pulau Papua, cekungan utara Papua dan pengangkatan di pesisir utara Papua dan di pegunungan Jayawijaya (2mm/tahun).
Sedangkan batas lempeng tektonik di utara Papua membentuk sesar geser yang terjadi di bagian utara yaitu Sesar Sorong-Yapen. Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, sebelah utara relatif bergeser ke barat dan bagian selatan relatif bergerak ke timur. Sudut lereng di sebelah utara lebih curam dibandingkan sebelah selatan. Lereng curam ini berpotensi longsor dan dapat membangkitkan tsunami ketika ada getaran gempa. Gempa yang sering terjadi dengan kedalaman dangkal, di sekitar sesar dan di sekitar leher burung.
Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi dan selama 40 juta tahun telah melepaskan potongan daratan yang luas dari Papua sebelah utara dan pulau-pulau yang terbentuk karena adanya sesar ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Sesar Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif berkembang sampai sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar ini bukan sesar tunggal melainkan 2 sesar yang bergabung di daerah sorong dan kemudian terpisah bercabang di wilayah kepala burung.
Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain yang berpotensi menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar Koor yang membentang dari Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki yang berawal dari Manokwari sampai Ransiki, sesar Wandamen di sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru yang membentang dari timur laut sampai tenggara Fak-fak.
Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland yang membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar Waipona yang membentang dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang di utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan tsunami.
Refernsi
1. Anonym. Tektonik Geologi Papua. Diperoleh 22 Oktober 2015 dari (https://demimaki.wordpress.com/biokisah/tektonik-geologi-papua/



TEKTONIK PULAU KALIMANTAN

Tugas Geologi Indonesia
TEKTONIK PULAU
KALIMANTAN
Oleh
Kelompok 3
AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA
Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI, S.Si., M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnier (1982), lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang menunjam ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 – 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas yang paling penting disebalah Timur adalah :
1.  Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang.
2.      Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara
3.      Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan jalur Lupar.
Pola struktur yang berkembang di pulau Kalimantan berarah Meratus (Timur laut-Barat daya). Pola ini tidak hanya terjadi pada struktur-struktur sesar tetapi juga pada arah sumbu lipatan. Perbukitan Tutupan yang berarah timur laut-barat daya dengan panjang sekitar 20 km terbentuk akibat pergerakan dua patahan anjakan yang searah. Salah satunya dikenal dengan nama Dahai Thrust Fault yang memanjang pada kaki bagian barat perbukitan Tutupan.
Dalam pulau Kalimantan terdapat spreading centre, strike slip fault dan zonasubduksi.
Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu sesardengan jurus bidang sesar, yang terdiri dari:
a.       Strike left slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akanter letak jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kiri.
b.      Strike right slip fault
Jika kita berdiri di suatu blok dari suatu seas rmaka akan terliha tjejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser kearah kanan.
zona subduksi adalah area di bumi di mana dua lempeng tektonik bergerak kearah satu sama lain dan subduksi terjadi. Zona subduksi terjadi ketika lempeng samudra bertabrakan dengan lempeng benua dan menelusup kebawah lempeng benua tersebut kedalam astenosfer. 
Di provinsi Kalimantan timur terdapat cekung antarakan tepatnya di pulau tarakan .Cekungan Tarakan memiliki variasi sesar, elemen struktur dan trend. Sejarah tektonik cekungan Tarakan diawali dengan fase ekstensi sejak Eosen Tengah yang membentuk wrench fault dengan arah NW – SE serta berpengaruh pada proses perekahan selat Makasar yang berhenti pada Miosen Awal. Fase tektonik awal ini merupakan fase pembukaan cekungan kearah timur yang di indikasikan dengan adanya enechelon block faulting yang memiliki slope  kearah timur.
Gambar. Tatanan Tektonik Cekungan Tarakan (Modifikasi BEICIP,1985)
Dari Miosen Tengah hingga Pliosen merupakan kondisi yang lebih stabil dimana terendapkan sedimen dengan lingkungan delta yang menyebar dari beberapa sistem pola penyaluran dari barat ketimur. Contoh sungai yang memiliki hilir di daerah ini yaitu sungai Proto-Kayan, Sesayap, Sembakung dan beberapa lainnya. Pada fase ini cekungan mengalami subsidence akibat gravitasi beban dari endapan delta yang semakin banyak, sehingga terbentuk sesar listrik. Pertumbuhan struktur sesar disini mengindikasikan bahwa terjadi proses penyebaran endapan delta kearah barat yang menjadi lebih sedikit dan mulai terendapkan karbonat. Pada bagian cekungan yang mengarah ketimur tersusun atas  endapan delta yang tebal, yang berasosiasi dengan sesar normal syngenetik (sesar normal yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan).
Fase akhir tektonik pada cekungan ini yaitu proses kompresi yang terjadi pada Plio – Pleistosen. Akhir akibat dari kolisi lempeng Filipina dengan lempeng Borneo / Kalimantan Timur. Hal ini  mengaktifkan kembali struktur yang telah ada dan membalik kearah beberapa patahan gravitasional. Akan tetapi gaya yang lebih kuat berada pada bagian utara cekungan dimana endapan Miosen dan Plosen menjadi terlipat dan terpatahkan dengan arah NW – SE hingga WNE – ESE. Pada bagian timur cekungan, fase kompresi ini membentuk struktur yang tinggi karena material endapan bersifat plastis sehingga membentuk antiklin Bunyu danTarakan.
Dari fase tektonik tersebut dipercaya bahwa deformasi yang terbentuk sejak awal proses tektonik merupakan pengontrol utama pembentukan cebakan hidrokarbon di cekunganTarakan.
Di Kalimantan selatan terdapat dua cekungan besar yaitu cekungan barito dan cekungan asam-asam dua cekungan ini dibatasi oleh pegunungan meratus yang melintang dari utara kebarat daya. Cekungan barito dan cekungan kutai dipisah kan oleh sebuah sesar yang berarah timur-barat di bagian utara dari propinsi Kalimantan selatan sesar ini di kenal dengan nama sesar adang.
Regim struktur yang terjadi di cekungan barito adalah regim transpression dan transtesion. Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara timur laut–selatan barat daya pada bagian utara cekungan sedangkan pada pegunungan meratus terdapat sesar yang membawa basement. Sesar – sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di pegunungan meratus yaitu di bagian utara pegunungan ini berarah utara timur laut – selatan barat daya dan berada dibagian selatan berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar naik banyak terdapat pada daerah pegunungan meratus dengan arah umum utara timur laut–selatan barat daya. Sesar-sesar mendatar juga banyak ditemui di pegunungan meratus ini. 
Referensi
1.       Rory Hidayat. (April 18 2012).Resistivity Logging. Diperoleh 18 Oktober 2015 darihttp://rorygeobumi.blogspot.co.id/2012_04_15_archive.html
2.       Tri Setyobudi. (Desember 24 2010). Sesar (fault) Diperoleh18 Oktober 2015 darihttps://ptbudie.wordpress.com/2010/12/24/sesar-fault/
3.       CahyaPriyanto. (Februari 05 2011). ZonaSubduksi Indonesia. Diperoleh 18 Oktober 2015 darihttp://cahyageo.blogspot.co.id/2011/02/dalam-geologi-subduksi-adalah-proses.html
4.       NicoNainggolan. (April 29 2014). Tarakan Basin. Diperoleh 18 Oktober 2015 darihttp://nicosanggeologist.blogspot.co.id/2014/04/tarakan-basin.html

TEKTONIK PULAU MALUKU

TugasGeologi Indonesia
TEKTONIK PULAU
MALUKU
Oleh
Kelompok 3
AGUNG PRASETYA
VERAWATI PUCE
LISTIANI ESTER H. UTOMO
JIBRAN TANAIYO
SALMIA
Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S,Si,. M.T
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
1.     Maluku Utara       
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang didominasi oleh perairan, dengan perbandingan luas daratan dan laut adalah 1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353 pulau dengan luas kira-kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas 107.381 km². Gugusan kepulauan di kawasan Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang besar, Palung-palung samudra, dan Punggung Pegunungan yang sangat mencolok saling bersambung silih berganti. Secara umum struktur fisiografi kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua sistem bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di timur. 
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di kawasan  ini. Lempeng  Laut  Maluku,  yaitu  sebuah  lempeng  benua  kecil mengalami tumbukan ke Palung Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke arah timur di bawah Halmahera, sedangkan di sebelah selatannya terikat oleh Patahan Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di sepanjang pantai barat Halmahera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis, antara lain adalah : Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material vulkanis yang terangkat, sedangkan Kayoa berasal dari terumbu karang yang terangkat. Mayu dan Tifore yang terletak di sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan keping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur termasuk ke dalam sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan lempeng Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double ArcSystem dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan nonvulkanik di lengan timur. 
Di selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut - Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara. 
Tektonik Indonesia Timur (Hamilton,2000)
Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen- Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu gamping.
2.    Sistem Ternate
       a. palung belakang (bagian dari halmahera)
       b. busur dalam vulkanis (zona ternate)
       c. palung antara (palung-palung morotai-ternate-batjan)
       d. busur luar non vulkanis (punggungan snellius-maju-obi)
3.    Maluku Selatan/ Busur Banda
 Bagian tengah dari basin banda dibatasi oleh dua busur yang sejajar
  a. busur dalam (adanya vulkanisme aktif)
  b. busur luar (bebas dari vulkanisme)
4.    Basin Banda Tengah 
           Diantara damar dan buru dan juga diantara api dan bada
5. Basin Banda
  a.  Terdiri dari bagian utara dan selatan
  b.  Utara (terletak diantara sulawesi dan buru)
  c.   Selatan (terletak antara batutara dibagian barat dan manuk sebelah timur)
6.     Busur banda
         Laut Maluku merupakan zona tumbukan busur dengan busur, yang terletak di daerah pertemuan antara lempeng – lempeng Eurasia, Pasifik dan Filipina (Gambar 1). Disebelah timur dijumpai busur gunung api aktif  Halmahera, dan disebelah barat di jumpai busur gunung api aktif  Sangihe. Data gempa bumi menunjukkan adanya zona Benioff yang menunjam kearah timur dan yang menunjam kearah barat, atau kearah menjauh dari Laut Maluku. Kedua busur magmatik didaerah ini di pisahkan oleh jarak terdekat 250k m, dimarta dimasing – masing sisi busur dijumpai palung sampai 3 k m dalamnya. Di antara palung - palung tersebut di jumpai morfologi tinggi, yaitu punggungan Mayu - Talaud yang dibeberapa tempat muncul kepermukaan sebagai pulau, yaitu Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore. Gempa – gempa dangkal terkonsentrasikan dibawah puncak punggungan tersebut, dan berdasarkan analisis mekanisme fokal menunjukkan tipe sesar naik (Fitch, 1970) .
Struktur Zona Tumbukan
Zona tumbukan Laut Maluku memiliki kesetangkupan struktur yang menonjol. Punggungan Mayu – Talaud adalah bagian dari punggungan besar yang terdeformasi dan terdiri atas batuan sedimen klastik. Punggungan tersebut di bagian sisi timur maupun baratnya dibatasi oleh palung yang juga ditandai oleh adanya kontak sesar naik terhadap bagian depan kedua busur. Singkapan punggungan tersebut dijumpai di Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore, berupa batuan sedimen Tersier yang terdeformasi, serta bancuh yang mengandung bongkab – bongkah aneka ragam batuan, seperti peridotit, serpentinit, gabro, serta batuan gunung api dan sedimen Tersier dalam matriks yang tergeruskan.
      b.            Perkembangan Zona Tumbukan
Silver & Moore (1981) menjelaskan bahwa perkembangan struktur zona tumbukan di Laut Maluku adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 3. Diasumsikan bahwa masing - masing system busur sebelum terjadi tumbukan terdiri atas busur gunung api aktif, kompleks tunjaman, serta cekungan busur muka. Diduga tunjaman kebarat dibaw ah Kepulauan Sangihe aktif lebih lama dibanding tunjaman kearah timur dibawah Halmahera. Hal ini didasarkan bahwa zona Benioff diSangihe lebih dalam dibanding yang di bawah Halmahera, meskipun ini juga dapat mencerminkan bahwa laju penunjaman dibawah Sangihe lebih cepat. Prosesa krasi kedua kompleks tunjaman ditafsirkan berhenti ketika keduanya mulai bertumbukan. Selanjutnya, proses konvergen sitersebut mengakibatkan zona tumbukan terangkat dan te rjadi penebalan di zona ini, disertai pelipatan dan pensesar - naikan.
Referensi
1.      Jay Patton . (2014, 15 November). Earthquake along the Halmahera Arc. Diperoleh 23 Oktober 2015, dari earthjay.com/?p=2040
2. B. Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU, KEPULAUAN BANGGAI-SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR. Pusat survey Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122. Vol.15. repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/382/--bhermanto-19096-1-2_perkem-a.pdf. Diperoleh 23 Oktober 2015